Gaya Hidup Ukeireru, Konsep Penerimaan Hidup ala Jepang

0
Gaya Hidup Ukeireru, Konsep Penerimaan Hidup ala Jepang

Gaya Hidup Ukeireru, Konsep Penerimaan Hidup ala Jepang – Hidup penuh dengan hal-hal yang tidak kita duga atau kita inginkan. Ketika menghadapi hal tersebut, salah satu sikap yang bisa dilakukan adalah menerimanya. Dalam bahasa jawa kita mengenal kata ‘legowo’, sedangkan dalam bahasa Jepang, ini cukup mirip dengan prinsip hidup ukeireru.

Gaya hidup Ukeireru telah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat saat ini. Istilah ini merujuk pada gaya hidup menekankan pada kebahagiaan, kebebasan, dan eksplorasi diri.

Pengertian Ukeireru

Ukeireru, berasal dari bahasa Jepang “浮遊” (ukeru) yang berarti melayang, dan “遊び” (asobi) yang berarti bermain, merangkul filosofi hidup seharusnya dijalani dengan penuh semangat dan kegembiraan.

Gaya hidup Ukeireru mendorong individu untuk menjalani kehidupan tanpa batasan dan norma yang kaku. Ini bukan sekadar mencari kenikmatan instan, tetapi tentang menghargai setiap momen dan pengalaman yang dihadirkan dalam perjalanan hidup.

Baca Juga: Mengenal Gaya Hidup Frugal Living

Menggali makna dalam rutinitas sehari-hari, menjalani petualangan baru, dan menjalin hubungan yang bermakna adalah inti dari gaya hidup ini.

Penting untuk diingat bahawa gaya hidup Ukeireru bukan berarti mengabaikan tanggung jawab atau menghindari realitas. Sebaliknya, ini tentang menjalani hidup dengan kesadaran penuh, mengambil risiko ynag bijaksana dan terus belajar dari pengalaman. Melalui pendekatan ini, seseorang dapat menemukan kebahagiaan sejati dalam pencarian akan tujuan hidup mereka.

Di tengah tuntuan dunia yang serba cepat dan stres, gaya hidup Ukeireru mengingatkan kita untuk menghentikan sejenak dan mengeksplorasi sisi kreatif serta bermain dalam kehidupan kita. Ini adalah undangan untuk menjalani hidup dengan sikap terbuka, menerima perubahan, dan menghargai setiap warna dalam palet kehidupan.

Mengenal Prinsip Hidup Ukeireru

Menurut Associate Professor dan Direktur Pusat Studi Okinawa di University of Hawaii, Masato Ishida, menerima diri sendiri tidaklah sama dengan pengunduran diri. Sikap penerimaan kadang menjadi hal yang penting.

“Terkadang, penting untuk menerima siapa diri anda, apa yang anda lakukan, dan apa yang masyarakat lakukan terhadap anda”, terang Masato Ishida.

“Itu tidak sama dengan pengunduran diri”, lanjutnya.

Ukeireru lebih dari sekadar penerimaan diri. Ini soal sikap menerima kenyataan atau keadaan atau fakta yang mengelilingi kita, seperti hubungan, peran dalam komunitas sosial, dan situasi yang sedang di hadapi.

Penelitian menunjukkan bahwa sikap lebih menerima pikiran dan emosi diri sendiri tanpa menghakiminya mampu meningkatkan kesehatan mental. Ini bisa membantu kita mengatasi faktor-faktor penyebab stres secara lebih baik.

Menurut Scott Haas, psikolog di Cambridge, Massachusetts, melalui bukunya menjelaskan bahwa mempraktikkan sikap penerimaan berarti kita memberi ruang di hidurp kita untuk beralih dari situasi negatif atau kondisi tidak menyenangkan. Sebagai contoh, saat kita keluar dari perusahaan toxic dan mencari pekerjaan baru, terlebih dahulu kita harus menerima keadaan bahwa kita siap beranjak dari peran atau posisi yang lama.

“Tapi Ukeireru tidak berarti tunduk atau menyerah”, imbuh Haas.

Penerimaan tidaklah sama dengan pasrah. Penerimaan merupakan pola pikir untuk memandu kita dari waktu ke waktu. Masato Ishida menganalogikannya sebagai slow-cook philosophy, yaiut semakin kita memasukkan hal tersebut ke cara berinteraksi kita (dnegan sosial dan keadaan), kita akan semakin alami dalam menggunakannya untuk menghadapi stres dan situasi negatif.

Penerapan Ukeireru dalam Kehidupan Sehari-hari

  • Menghubungkan diri dengan alam
  • Pahami pemicu stress
  • Ingatlah bahwa semua hanya bersifat sementara
  • Meditasi atau melatih minfulness
  • Berubah secara bertahap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *